Question :
1.
Jelaskan situasi pembangunan Indonesia
saat ini dengan menggunakan indicator pembangunan ekonomi, pembangunan
infrastruktur, hutang, kesenjangan social dan
modernisasi ?
2.
Berikan analisa mendalam penyebab
situasi pembangunan saat ini dari sudut pandang berbagai teori pembangunan baik
teori modernisasi, depedensi, liberalisme, dan teori pembangunan berkelanjutan
?
3.
Bagaimana solusi yang anda tawarkan dari
perspektif pembangunan dan factor apa saja yang perlu di ubah dari situasi ini
?
Answer :
Indonesia saat
ini, jika kita mengikuti berita pertumbuhan ekonomi dan pembangunan diindonesia
yang mungkin sangat banyak dan mudah sekali kita temukan baik itu media, media
cetak, radio, dan juga televisi. Ada beberapa indicator dalam pembahasan kali
ini, melihat situasi pembangunan Indonesia berdasarkan pembangunan ekonomi
misalnya berdasarkan study yang penulis dapatkan yaitu siklus perekonomian pada
tahun 2015 lalu perekonomian Indonesia di tingkat sektor riil, baik itu usaha
kecil, menengah, maupun besar, mengalami kelesuan yang luar biasa. Beberapa
perusahaan besar seperti Astra International (ASII), Perusahaan Gas Negara,
Gudang Garam (GGRM), Semen Indonesia (SMGR), hingga Jasa Marga (JSMR), semuanya
mencatat penurunan laba bersih pada Kuartal I 2015. Sementara di bidang usaha
yang lebih kecil, kondisinya juga tidak jauh berbeda. Lalu timbul lah
pertanyaan, bagaimana proyeksi kondisi ekonomi ke depannya? Apakah akan ada
perbaikan atau tidak dalam jangka waktu dekat?
Jawabannya adalah, sebenarnya akar penyebab pemerosotan bisnis ini sudah
jelas. Maka perekonomian nasional akan bisa membaik jika, dan hanya jika,
pemerintah bersedia mengubah atau melonggarkan kebijakannya terkait subsidi dan
pajak. Selain itu pemerintah juga perlu segera merealisasikan pembangunan
infrastuktur yang pastinya akan kembali menggerakkan roda perekonomia
Berbicara mengenai situasi pembangunan Indonesia berdasarkan pembangunan infrastruktur, kita sama memahami bahwa Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energy. Namun yang terjadi di Indonesia saat sekarang ini, Sebagai contoh di Jakarta sebagai Ibu Kota dan juga pusat perekonomian di Indonesia, Jakarta dari dahulu memiliki banyak sekali permasalahan dengan pembangunan infrastruktur. Sebagai contoh yang bisa kita alami seperti : kondisi jalan, sistem irigasi, transportasi, maupun dalam merawat fasilitas infrastruktur yang lainnya. Sepertinya pemerintah di Indonesia hanya setengah hati dalam membangun infrastruktur di Ibu Kota ini, dari pemerintah daerah maupun pusat tidak ada sistem kerja sama dan komunikasi yang efektif, efisien, serta komitmen. Karena beberapa proyek yang direncanakan pemerintah daerah saat ini seperti tersendat, lihat saja kondisi jalan dan sistem irigasi air di Jakarta sangat mengecewakan jika diukur dari jumlah besarnya pajak yang di dapat pemerintah dari rakyatnya
Berbicara mengenai situasi pembangunan Indonesia berdasarkan pembangunan infrastruktur, kita sama memahami bahwa Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energy. Namun yang terjadi di Indonesia saat sekarang ini, Sebagai contoh di Jakarta sebagai Ibu Kota dan juga pusat perekonomian di Indonesia, Jakarta dari dahulu memiliki banyak sekali permasalahan dengan pembangunan infrastruktur. Sebagai contoh yang bisa kita alami seperti : kondisi jalan, sistem irigasi, transportasi, maupun dalam merawat fasilitas infrastruktur yang lainnya. Sepertinya pemerintah di Indonesia hanya setengah hati dalam membangun infrastruktur di Ibu Kota ini, dari pemerintah daerah maupun pusat tidak ada sistem kerja sama dan komunikasi yang efektif, efisien, serta komitmen. Karena beberapa proyek yang direncanakan pemerintah daerah saat ini seperti tersendat, lihat saja kondisi jalan dan sistem irigasi air di Jakarta sangat mengecewakan jika diukur dari jumlah besarnya pajak yang di dapat pemerintah dari rakyatnya
Merujuk ke
permasalahan hutang, melihat keterkaitan antara pembangunan di Indonesia berdasarkan
hutang yang mungkin ini adalah salahsatu pembahasan yang sangat penting untuk
diketahui bahwa sebenarnya Indonesia terhambat dalam proses pembangunan
disebabkan banyak nya hutang luar negeri, kenapa demikian ? jika kita review
kembali pada tahun 1997. Seluruh bangunan ekonomi runtuh, perusahaan-perusahaan
bangkrut, pengangguran meledak, kemisikinan meningkat, sementara beban hutang
luar negeri semakin berat. Total hutang luar negeri sampai dengan Desember 1998
mencapai US$ 144, 021 milyar, terdiri atas hutang swasta US$ 83, 572 milyar
(58,03%). Dengan total penduduk 202 juta jiwa, beban hutang perkapita mencapai
US$ 703 pertahun. Artinya setiap bayi Indonesia yang lahir saat itu sudah
memikul beban hutang sebesar US$ 303 atau sekitar Rp. 2.400.000,00 pertahun.
Dalam laporan diskusi di harian Kompas, diperkirakan Indonesia baru akan dapat
membayar lunas hutangnya setelah 50 tahun. Dengan asumsi jumlah total hutang
luar negeri Indonesia pemerintah dan swasta sebesar US$ 140 milyar, untuk
melunasinya, rakyat Indonesia harus bekerja 24 jam sehari dengan upah Rp.
10.000,00 selama 50 tahun. Sehingga pada akhirnya alokasi dan pembangunan
infrastruktur maupun pembangunan material lainnya terhambat karena untuk
pembayaran hutang.
Berbicara
mengenai Kesenjangan social, adalah
suatu keadaan ketidak seimbangan sosial yang ada di masyarakat yang menjadikan
suatu perbedaan yang sangat mencolok. Dalam hal kesenjangan sosial sangatlah
mencolok dari berbagai aspek misalnya dalam aspek keadilanpun bisa terjadi.
Antara orang kaya dan miskin sangatlah dibedaan dalam aspek apapun, orang desa
yang merantau dikotapun ikut terkena dampak dari hal ini,memang benar kalau
dikatakan bahwa “ Yang kaya makin kaya,yang miskin makin miskin”. Adanya
ketidak pedulian terhadap sesama ini dikarenakan adanya kesenjangna yang
terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak orang kaya yang
memandang rendah kepada golongan bawah,apalagi jika ia miskin dan juga kotor,
jangankan menolong, sekedar melihat pun mereka enggan. Lalu apa dampak nya ?
hal ini menandakan pemerintah gagal dalam menjalankan amanah nya, cita-cita
untuk mencapai kesejahteraan tidak lah tercapai, karena yang dinamakan Good
governance adalah pemerintah yang bisa menjamin pemerataan hak dan pendapatan
bagi setiap individu/warga masyarakat nya.
Modernisasi
diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan
yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat
yang modern. Saat ini bangsa Indonesia sedang menggalakkan pembangunan dan
modernisasi dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan dan modernisasi pada
dasarnya diarahkan untuk menciptakan kondisi masyarakat yang lebih baik
dibandingkan dengan kondisi yang ada sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari
tersedianya berbagai macam fasilitas hidup, sarana dan prasarana yang baik
sehingga mendukung berbagai sektor kehidupan masyarakat, meningkatkan taraf
hidup serta meningkatkan martabat bangsa. Modernisasi yang dilakukan oleh
bangsa Indonesia mencakup bidang Teknologi, Ekonomi, Ilmu Pengetahuan dan
Pendidikan, Komunikasi, Informasi, dan Transportasi, Komunikasi, Informasi, dan
Transportasi, dan Keagamaan.
Pembangunan
secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk memajukan, mensejahterakan, dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pembangunan seringkali diarahkan pada
pertumbuhan di bidang ekonomi atau kemajuan material. Namun pada kenyataannya,
pembangunan di bidang ekonomi saja belum cukup untuk memajukan kualitas hidup
masyarakat, karena malah menimbulkan berbagai permasalahan seperti kemiskinan
akibat kesenjangan atau ketidakmerataan distribusi sumber, kerusakan lingkungan
hidup akibat eksploitasi sumber daya alam, dan lain-lain. Masyarakat harus
mampu mengelola sumber dayanya secara mandiri, sehingga pembangunan di bidang
sosial pun perlu dilaksanakan.
Dari penjelasan
masing-masing teori pembangunan tersebut, teori modernisasi tidak cocok
diterapkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan konsep pembangunan masyarakat
dengan teori modernisasi ini kurang mendasar pada masyarakat Indonesia.
Modernisasi identik dengan pertumbuhan ekonomi, dan melupakan budaya yang
membangun kehidupan masyarakat. Masyarakat menerima berbagai perubahan di dalam
kehidupannya sebagai akibat dari modernisasi, seperti gaya hidup,
fasilitas-fasilitas modern seperti mall, diskotik, cafe, dan lain sebagainya.
Sementara di tengah-tengah perubahan yang terjadi, masyarakat belum mampu untuk
meninggalkan bentuk-bentuk tradisi lamanya. Akibatnya, timbul ketimpangan
sosial dalam masyarakat tersebut.
Menurut teori
modernisasi, masyarakat Indonesia pada umumnya belum siap untuk melakukan
pembangunan secara menyeluruh. Proses pembangunan terhambat oleh nilai-nilai
budaya dan mentalitas masyarakat Indonesia, seperti nilai budaya yang tidak mementingkan
mutu atau prestasi, tidak mampu meninggalkan otoritas tradisinya, menganggap
hidup selaras dengan alam sehingga timbul konsep tentang nasib, tidak disiplin,
kurang bertanggungjawab, tidak berani menanggung resiko, dan lain-lain. Inilah
sebabnya negara Indonesia sebagai negara dunia ketiga mengalami
keterbelakangan. Di sini terlihat jelas bahwa teori modernisasi ini tidak
memberikan keuntungan bagi masyarakat Indonesia.
Teori
selanjutnya adalah teori dependensi atau ketergantungan. Jika dikaitkan dengan
teori ini, pembangunan di Indonesia bisa saja, yaitu dengan menggantungkan
pembiayaannya dari batuan luar negeri, dinama negara pemberi bantuan tersebut
dinamakan negara pusat, sebagai modal asing. Pemberian modal asing ini
merupakan sesuatu yang diharuskan bagi negara pusat untuk membantu kemajuan
Indonesia. Namun, dalam kenyataannya, pemberian bantuan tersebut tidak sejalan
dengan tujuan awal yang telah disepakati oleh negara-negara pusat. Pemberian
modal asing ini dijadikan sebagai jalan bagi negara-negara maju untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besar dari negara yang mendapat bantuan,
seperti Indonesia. Dampak dari konsekuensi dari pemberian bantuan, berupa
eksploitasi sumberdaya alam dan pengambilan keuntungan lainnya dari proses
pembangunan, menjadikan Indonesia secara perlahan semakin terpuruk kedalam
jurang kemiskinan, dikarenakan utang yang membebani semakin banyak. Kekayaan alam yang melimpah di tanah air
Indonesia tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, dikarenakan posisi lemah
sebagai negara yang memiliki hutang pada negara-negara maju. PT. Freeport di
Papua, sebagai contoh, telah megeksploitasi hampir seluruh sumberdaya mineral
berharga yang terdeposit di Papua untuk kepentingan negaranya. Ini contoh
kerugian besar bagi bangsa Indonesia, akibat dependensi terhadap bantuan luar
negeri. Di sini terlihat jelas pula, bahwa teori dependensi ini tidak
menguntungkan Indonesia.
Teori yang
terakhir adalah teori sistem dunia. Dalam teori ini negara di dunia dibagi atas
tiga bentuk negara, yaitu: negara sentral, negara semi pinggiran dan negara
pinggiran. Teori ini mengasumsikan hubungan harmonis secara ekonomi yang
terjadi di antara negara-negara yang terlibat, yang memberikan kesempatan
kepada dua kelompok negara, yaitu semi pinggiran dan pinggiran untuk dapat
merubah statusnya menjadi negara sentral yang mapan secara ekonomi. Dalam kajiannya
Wahyu Ishardino S, disampaikan bahwa perubahan status negara pinggiran menuju
semi pinggian ditentukan oleh keberhasilan negara-negara tersebut melaksanakan
strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, dan strategi lainnya dalam proses
pembangunannya. Sementara itu, upaya yang harus dilakukan oleh negara semi
pinggiran untuk dapat menuju negara sentral, adalah memperluas pasar dengan
memperkenalkan teknologi modern, dan mampu mempersaingkan produknya dari segi
harga dan kualitas.
Indonesia
termasuk dalam kategori mana? Secara umum, Indonesia masih berada dalam
kategori negara pinggiran. Karena dari segi kegiatan produksi, hampir 90% bahan
bakunya bergantung pada import. Dengan demikian, kemampuan untuk berperang dari
segi harga dan kualitas dengan produk luar negeri masih sangat rendah.
Pertumbuhan jumlah dan jenis industri yang ada di Indonesia tidak sejalan
dengan pertumbuhan kesejahteraan nasional, namun yang terjadi malah
sebalilknya. Sektor industri yang tumbuh di Indonesia didominasi oleh
perusahaan asing yang mengoperasikan produksinya di Indonesia, dikarenakan
ketersediaan bahan dasar (raw materials) yang siap diolah menjadi bahan baku
oleh perusahaan mereka sendiri dan rendahnya upah tenga kerja lokal.
Indonesia belum
mampu secara mandiri mengolah sumberdaya alamnya menjadi produk antara
(intermediate products) dan bahkan produk barang jadi. Konsekuensinya, hampir
semua kegiatan produksi masih bergantung pada supply produk luar negeri.
Solusi yang
ditawarkan adalah, melihat integrasinya dengan teori sistem dunia sebagai jalan
untuk menunjukan bahwa Indonesia masih punya harapan untuk mendapatkan peluang
lebih baik, yaitu mandiri di sektor bahan baku industri dan tidak hanya
bertindak sebagai pasar bagi bertubi-tubinya produk asing datang ke dalam
negeri ini. Dengan memperkuat kemampuan pengolahan sumberdaya alam yang ada,
melaksanakan regulasi yang kondusif bagi usaha dalam negeri, maka peluang
Indonesia dari yang berkategori negara pinggiran dapat bangkit menjadi negara
semi pinggiran bahkan menjadi negara sentral yang maju dan berdaulat secara
ekonomi.
No comments:
Post a Comment