Thursday, September 21, 2017

Makalah Tipologi Gerakan Islam

Tipologi gerakan islam dan Politik

Nahdlatul Ulama
Oleh :Khairul Ahmadi


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain.
Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan. Berangkat dari komite dan berbagai organisasi, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama Kebangkitan Ulama pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) Yang dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.


B
. RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah sejarah terbentuknya Organisasi NU ?
2.       Bagaimanakah struktur Organisasi NU ?
3.      Tujuan dibentuknya NU ?
4.      Bagaimana NU – Politik ?






BAB II
PEMBAHASAN
A.    SEJARAH BERDIRINYA NU
Ada tiga orang tokoh ulama yang memainkan peran sangat penting dalam proses pendirian Jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU) yaitu Kiai Wahab Chasbullah (Surabaya asal Jombang), Kiai Hasyim Asy’ari (Jombang) dan Kiai Cholil (Bangkalan). Mujammil Qomar, penulis buku “NU Liberal: Dari Tradisionalisme Ahlussunnah ke Universalisme Islam”, melukiskan peran ketiganya sebagai berikut Kiai Wahab sebagai pencetus ide, Kiai Hasyim sebagai pemegang kunci, dan Kiai Cholil sebagai penentu berdirinya.
Tentu selain dari ketiga tokoh ulama tersebut , masih ada beberapa tokoh lainnya yang turut memainkan peran penting. Sebut saja KH. Nawawie Noerhasan dari Pondok Pesantren Sidogiri. Setelah meminta restu kepada Kiai Hasyim seputar rencana pendirian Jamiyyah. Kiai Wahab oleh Kiai Hasyim diminta untuk menemui Kiai Nawawie. Atas petunjuk dari Kiai Hasyim pula, Kiai Ridhwan-yang diberi tugas oleh Kiai Hasyim untuk membuat lambang NU- juga menemui Kiai Nawawie. Tulisan ini mencoba mendiskripsikan peran Kiai Wahab, Kiai Hasyim, Kiai Cholil dan tokoh-tokoh ulama lainnya dalam proses berdirinya NU.
B.     Organisasi NU 
Berikut ini adalah daftar Ketua Rais Aam (pimpinan tertinggi) Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Nama Awal Jabatan Akhir Jabatan :
1.      KH Mohammad Hasyim Asy'arie 1926 1947
2.      KH Abdul Wahab Chasbullah 1947 1971
3.      KH Bisri Syansuri 1972 1980
4.      KH Muhammad Ali Maksum 1980 1984
5.      KH Achmad Muhammad Hasan Siddiq 1984 1991
6.      KH Ali Yafie (pjs) 1991 1992
7.      KH Mohammad Ilyas Ruhiat 1992 1999
8.      KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudz 1999 Petahana


C.    Basis pendukung 
Dalam menentukan basis pendukung atau warga NU ada beberapa istilah yang perlu diperjelas, yaitu: anggota, pendukung atau simpatisan, serta Muslim tradisionalis yang sepaham dengan NU. Jika istilah warga disamakan dengan istilah anggota, maka sampai hari ini tidak ada satu dokumen resmipun yang bisa dirujuk untuk itu. Hal ini karena sampai saat ini tidak ada upaya serius di tubuh NU di tingkat apapun untuk mengelola keanggotaannya. Apabila dilihat dari segi pendukung atau simpatisan, ada dua cara melihatnya.
Dari segi politik, bisa dilihat dari jumlah perolehan suara partai-partai yang berbasis atau diasosiasikan dengan NU, seperti PKBU, PNU, PKU, Partai SUNI, dan sebagian dari PPP. Sedangkan dari segi paham keagamaan maka bisa dilihat dari jumlah orang yang mendukung dan mengikuti paham kegamaan NU. Maka dalam hal ini bisa dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani (2002) yaitu berkisar 48% dari Muslim santri Indonesia. Suaidi Asyari.memperkirakan ada sekitar 51 juta dari Muslim santri Indonesia dapat dikatakan pendukung atau pengikut paham keagamaan NU. Jumlah keseluruhan Muslim santri yang disebut sampai 80 juta atau lebih, merupakan mereka yang sama paham keagamaannya dengan paham kegamaan NU.[1]
Namun belum tentu mereka ini semuanya warga atau mau disebut berafiliasi dengan NU. Berdasarkan lokasi dan karakteristiknya, mayoritas pengikut NU terdapat di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Pada perkembangan terakhir terlihat bahwa pengikut NU mempunyai profesi beragam, meskipun sebagian besar di antara mereka adalah rakyat jelata baik di perkotaan maupun di pedesaan. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi, karena secara sosial ekonomi memiliki problem yang sama, serta selain itu juga sama-sama sangat menjiwai ajaran ahlus sunnah wal jamaah.
Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU. Basis pendukung NU ini cenderung mengalami pergeseran. Sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi, maka penduduk NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Maka kalau selama ini basis NU lebih kuat di sektor petani di pedesaan, maka saat di sektor buruh di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini. Belakangan ini NU sudah memiliki sejumlah doktor atau magister dalam berbagai bidang ilmu selain dari ilmu ke-Islam-an baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk negara-negara Barat. Namun para doktor dan magister ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para pengurus NU hampir di setiap lapisan kepengurusan NU.
D.    Usaha 
1.      Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
2.      Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.Hal ini terbukti dengan lahirnya Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa.
3.      Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
4.      Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu masyarakat.
5.      Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas. NU berusaha mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi masyrakat.
E.     Struktur 
1.      Pengurus Besar (tingkat Pusat).
2.      Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi), terdapat 33 Wilayah.
3.      Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang Istimewa untuk
4.      kepengurusan di luar negeri, terdapat 439 Cabang dan 15 Cabang Istimewa.
5.      Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan), terdapat 5.450 Majelis Wakil Cabang.
6.      Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan), terdapat 47.125 Ranting.
Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri dari:
1.      Mustasyar(Penasihat)
2.      Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
3.      Tanfidziyah (Pelaksana Harian)  
F.     Tujuan di bentuk nya organisasi NU
1.      Untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan, dan mengamalkan ajaran   islam yang behaluan Ahlu Sunnah wal Jama'ah serta menganut salah satu madzhab empat : Imam Syafi'i, Imam Maliki, Imam Hambali, dan Imam Hanafi.
2.      Mempersatukan langkah para ulama dan pengikutnya dalam melakukan kegiatan yang bertujuan menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, ketinggian harkat, dan martabat manusia.
3.      Membangun dan mengembangkan insan masyarakat yang bertaqwa kepada Allah Swt, cerdas, terampil, berakhlak mulia, tentram, adil dan sejahtera.
4.      Memurnikan pemahaman syariat islam[2]
G.    NU dan politik 
Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil dengan meraih 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin NU dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno. Setelah PKI memberontak, NU tampil sebagai salah satu golongan yang aktif menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor. NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru.
Mengikuti pemilu 1977-1982 bersama PPP. Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk 'Kembali ke Khittah 1926' yaitu untuk tidak berpolitik praktis lagi. Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid. Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB memperoleh 52 kursi DPR.[3]




BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nahdlatul ‘Ulama sebagai jam’iyah diniyah adalah wadah para Ulama’ dan pengikut-pengikutnya, dengan tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Nahdlatul ‘Ulama (NU) adalah merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa kepada Alloh Swt, cerdas, trampil, ber-akhlaq mulia, tenteram, adil dan sejahtera. NU mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan, yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama.














DAFTAR PUSTAKA
1.      Kh. Wazir Ali. Lc 2012,”Hasil keputusan Basrul Masail PBNU Jombang” Lajnah Ta’lif wannasyr (LTN-NU)
2.      Tim Penyusun Buku Aswaja PWLP Maarif NU Jatim “Pendidikan Aswaja Dan ke-NU-an Kurikulum 2006”. Pimpinan wilayah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jawa Timur
3.      Wijaya, E.Juhana. 1999. Sejarah Nasional dan Sejarah Umum. Bandung : Cv Armigo.
4.      Kh. Wazir Ali. Lc 2012,”Hasil keputusan Basrul Masail PCNU Jombang” Lajnah Ta’lif wannasyr (LTN-NU) Tim Penyusun Buku Aswaja PWLP Maarif NU Jatim “Pendidikan Aswaja Dan ke-NU-an Kurikulum 2006”.




[1] https://en.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_Ulama
[2] Pimpinan wilayah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jawa Timur Wijaya, E.Juhana. Sejarah Nasional dan Sejarah Umum. (Bandung : Cv Armigo. 1999.) hal 200-201
[3] http://ilmutuhan.blogspot.com/2012/03/sejarah-dan-pokok-pikiran-nahdlatul.html
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

No comments:

Post a Comment